Review film: 'The Divine Fury'


The Divine Fury


(©cinematerial.com)

Film ini berkisah tentang pegulat terkenal asal Korea yang kehilangan imannya saat ia kehilangan ayahnya ketika ia kanak-kanak. Alasannya karena Tuhan tidak mendengarkan doanya ketika ayahnya sekarat. Sejak saat itu, ia benci dengan Tuhan dan segala hal yang berbau agama seperti simbol salib.

Suatu hari ia bermimpi buruk. Ia merasa kesakitan dan ketika bangun telapak tangannya terluka. Hasil pemeriksaan medis, tidak ditemukan gejala serius. Dalam artian ia baik-baik saja. Ia lalu disarankan oleh seseorang untuk pergi menemui cenayang terkenal di daerah Incheon. Sang cenayang lalu menyuruhnya untuk pergi ke gereja dimana disana ia akan bertemu dengan seseorang yang dapat membantunya.

Sesampainya di gereja, ia bertemu dengan seorang pastor dari Vatikan yang juga seorang  exorcist (seseorang yang melakuakan praktik exorcism atau mengusir iblis/setan yang merasuki manusia). Pastor itu mengatakan bahwa luka di telapak tangannya terjadi karena ia mengalami Stigmata. Stigmata adalah tanda luka Yesus yang tersalib yang muncul secara tiba-tiba di tubuh orang-orang yang dikehendaki. Ajaibnya, telapak tangannya bisa membakar iblis/setan yang merasuki manusia. Ia pun membantu pastor itu melakukan exorcism walaupun ia tetap tidak mengakui untuk percaya pada Tuhan.


(©hellokpop.com)

×`×`×`×

I like the kind of the script. Sayangnya plotnya banyak yang kosong. Penggambaran iblisnya pun mengecewakan karena iblisnya mirip hewan-hewan buas/alien. For me it's horrible. Film horror tapi lebih kental aksi laganya. Music scoring yang menyertai pengutipan ayat-ayat kitab sucinya keren. Begitu pun untuk sinematografinya. But untuk special effectnya biasa saja. Untuk akting pemainnya, tidak usah diragukan. Totalitas! Untuk endingnya, menggantung. Katanya sih karena ada sekuelnya. So, i'll wait.

(©soompi.com)

Overall,
6,5/10.

×`×`×`×

"If there is faith, there is nothing to fear."
-Father Ahn

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ludus